Oleh: Medio Yulistio, SE
Kehadiran Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019 mampu menggugah kesadaran politik kelompok Millenial. Tidak seluruhnya memang, tapi setidaknya memberi kesan terhadap keterwakilan kepentingan yang berpihak kepada kaum muda. Pelak, semenjak kemunculannya sebagai Cawapres, para anak muda berani mendiskusikan politik secara terbuka: dimeja-meja kopi ataupun tempat tongkrongan lainnya.
Bahkan tidak butuh waktu lama, sosoknya menjelma menjadi salah satu kekuatan politik di Indonesia. Dengan berlatar belakang pengusaha muda nan tampan, ia digandrungi (rata-rata) oleh pemilih pemula: dapat dilihat dalam instagram miliknya, kurang lebih 7,1 juta pengikut dihalaman resminya. Dan hampir semuanya adalah anak muda - yang notabenenya tidak pernah peduli terhadap urusan politik - dan termasuk dalam kategori massa yang mengambang (floating mass).
Fenomena ini juga terjadi dalam perhelatan politik di Malaysia. Fakta kebijakan yang tak bersahabat oleh rezim berkuasa menjadi salah satu faktor yang mendorong terciptanya bandwagon effect pada ruang kesadaran politik kaum muda. Bahwa penguasa tak pernah berpihak pada mereka. Akibatnya, perlahan namun pasti, kesadaran ini membesar, sampai tak mampu lagi dibendung petahana. Najib bersama koalisi partai berkuasa tumbang. Mahathir bersama Pakatan Harapan melenggang; swing votter menjadi penentu (Arief Budiman).
Sesuatu yang populis biasanya mendorong terjadinya "bandwagon effect" terhadap publik - atau pasar dalam istilah ekonomi. Sesuatu yang memiliki tren pasti memiliki pengikut. Bukan karena ketahuannya terhadap suatu produk, tapi lebih disebabkan "ikut-ikutan" dan ingin merasa menjadi sama-sejajar dalam hal-hal yang ramai digunakan atau diperbincangkan untuk menjadi gaya hidup.
Perhatikan bagaimana sneakers menjadi kebutuhan dan gaya hidup bagi anak muda sekarang. Tentu pula masih ingat dalam rentang waktu lima belas tahun kebelakang bagaimana generasi kita begitu mengidolakan celana borju, rambut segi, smoothing ataupun lainnya. Atau untuk generasi 80an yang lebih memilih celana jubrai sebagai bentuk maskulinitas-nya. Ya, setiap era memiliki simbol dan tandanya sendiri.
Dalam teori psikologi massa, masyarakat cenderung beranggapan bahwa apapun yang dilakukan orang banyak akan dianggap bagus dan benar. Ukuran benar dan salah, baik dan buruk, akan ditimbang berdasarkan banyaknya massa yang mendukungnya, bukan berdasarkan hasil pemikiran logis dan kritis.
Dengan kata lain menurut Komarudin Hidayat, massa lebih menyukai sikap emosional berdasarkan perasaan suka dan tidak suka, bukannya pemikiran logis dan tidak logis. bandwagon effect lebih bersifat emosional ketimbang rasional.
Dalam dunia politik, khususnya dalam konteks prilaku memilih masyarakat (voting behavior), bandwagon effect dapat diartikan sebagai sebuah kecenderungan seseorang untuk memilih seorang kandidat atau pasangan calon yang lebih diunggulkan atau terlihat lebih unggul dibandingkan kandidat lainnya. Makanya penting sekali kandidat membangun skema-skema yang dapat menjadi trending topic diruang sosial - dengan cara-cara alamiah ataupun yang seolah terlihat alami: hasil survey, poling, penggiringan opini dimedia, atau indeks-indeks keberhasilan lainnya.
Proses keunggulan atau kelebihan inilah yang mesti dikapitalisasi seluas-luasnya untuk menjadi referensi publik. Membaca arah dukungan pemilih - dan tingkat kepuasan publik secara seksama itu penting. Sebab informasi itu diperlukan oleh publik karena pilihan-pilihan mereka akan menjadi keputusan publik dan berpengaruh pada kepentingan publik. Karena itu, publik berhak tahu sejak dini keputusan publik apa yang akan terjadi dan kebijakan publik apa yang akan dibuat kemudian. Survei ataupun ukuran-ukuran lainnya adalah salah satu cara sistematis untuk memenuhi hak-hak publik itu, termasuk hak untuk mengetahui sejak dini warna dan corak (track record serta platform) dari seorang kandidat.
Akan tetapi, jika dalam politik (elektoral) anda melakukan hal-hal yang fantastis dan sensasional dengan mobilisasi isu yang luar biasa, kemudian itu tidak menyebar dan menular menjadi trend positif, pasti ada yang salah terhadap perhitungan langkah-langkah yang anda terapkan: Strategi tanpa taktik adalah jalan yang paling lama menuju kemenangan. Taktik tanpa strategi hanyalah kebisingan menuju kekalahan, Sun Tzu.
Bandwagon: Kereta musik yang menggiring permainan sirkus.
No comments:
Post a Comment